Salah satu kelebihan Kaum Yahudi dibandingkan umat-umat lainnya
adalah kebanggaan mereka terhadap perjalanan sejarah kaumnya sendiri.
Berabad silam, di tahun 1118 Masehi, tatkala Knights Templar
dibentuk dan memulai penggalian di bawah pondasi kompleks Masjidil
Aqsha dengan keyakinan bahwa The King Solomon Treasure terpendam di
bawah situs bersejarah milik umat Islam, upaya ini dilanjutkan dari
generasi ke generasi sampai dengan detik ini, melewati lebih dari
Sembilan abad, walau apa yang dicari belum pernah ditemukan! Umat
Yahudi adalah umat yang patut diberi acungan jempol soal kebanggaan
mereka terhadap sejarahnya.
Bagaimana dengan umat Islam? Di sinilah salah satu kelemahan kita
yang paling akut. Umat Islam memorinya sangat singkat dan sangat
mudah terhapus sehingga kejadian yang baru saja berselang tak lama
kemudian begitu cepat terlupakan. Dan parahnya, penyakit lupa
sejarah ini tidak saja menghinggapi tingkat akar rumput, namun juga
diderita oleh para pemimpinnya atau orang-orang yang mengaku sebagai
tokoh umat.
Salah satu kasus yang paling baru adalah berita yang mengutip dari
salah seorang tokoh umat Islam bahwa tahun 2008 ini merupakan 100
tahun Kebangkitan Nasional. Hal ini tentu berangkat dari pemahaman
bahwa Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia terjadi pada tahun 1908.
Apalagi jika bukan pendirian organisasi Boedhi Oetomo (BO) pada 20
Mei 1908 yang dimaksud. Kenyataan ini sungguh-sungguh memilukan.
Adakah mereka tahu bahwa BO sama sekali tidak pernah mencita-citakan
Indonesia merdeka? Adakah mereka paham bahwa BO tidak berdiri di
atas paham kebangsaan, melainkan paham chauvinistis sempit di mana
hanya orang Jawa dan Madura yang boleh menjadi anggotanya? Adakah
mereka tahu bahwa BO sama sekali tidak menghargai bahasa Melayu
sebagai bahasa asal dari bahasa Indonesia karena di dalam rapat-
rapat resmi maupun di dalam anggaran dasar maupun anggaran rumah
tangganya BO mempergunakan bahasa Belanda?
Adakah mereka tahu jika BO mendukung status-quo yang berarti
mendukung penjajahan Belanda atas Bumi Pertiwi ini? Adakah mereka
tahu jika para tokoh BO merupakan tokoh-tokoh Freemasonry bentukan
Belanda yang gemar mengadakan ritual memanggil setan di loji-loji
mereka?
Jelas, tanggal pendirian BO sama sekali sangat tidak pantas dan
tidak berhak dijadikan momentum Hari Kebangkitan Nasional! Karena BO
memang tidak pernah mencita-citakan itu. Dijadikannya berdirinya BO
sebagai momentum Hari Kebangkitan Nasional merupakan salah satu
warisan rezim terdahulu yang wajib direformasi dan dihapus dari buku-
buku sejarah Indonesia. Seorang pemimpin harus berani mengatakan
putih itu putih dan hitam itu hitam. Jika tidak berani, maka namanya
bukanlah pemimpin melainkan `Pak Turut'.
Kebangkitan Nasional Sesungguhnya
Sebenarnya sudah teramat banyak artikel yang mengupas tentang hal
ini. Hanya mereka yang malas membacalah yang tidak mengetahui bahwa
berdirinya Syarikat Dagang Islam (SDI) tiga tahun sebelum BO, jadi
di tahun 1905, yang patut dijadikan Hari kebangkitan Nasional.
Karena SDI yang kemudian menjelma menjadi Syarikat Islam (SI) adalah
organisasi bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke (bukan hanya
Jawa dan Madura seperti halnya BO) yang pertama kali yang berhasil
menghimpun semua anak bangsa dan mencita-citakan Indonesia merdeka.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga SDI dan kemudian SI memakai
bahasa melayu sebagai bahasa asal Bahasa Indonesia. Demikian pula di
dalam rapat-rapat resminya, organisasi ini mempergunakan bahasa
melayu dan diharamkan mempergunakan bahasa Belanda karena dianggap
sebagai bahasa kaum penjajah.
Bagi yang belum pernah mendengar hal ini (kasihan sekali) silakan
cari sendiri di berbagai situs yang telah memuat banyak artikel
tentang hal tersebut. Sejumlah buku-buku pun sudah memaparkan hal
ini.
Jangan Lestarikan Yang Salah
Salah satu amanah reformasi adalah pelurusan dan pemurnian sejarah.
Dan tokoh-tokoh yang kini berada di lingkaran elit kekuasaan
harusnya memenuhi amanah ini. Apalagi Kebangkitan Nasional yang
sesungguhnya itu, di tahun 1905, adalah juga kebangkitan organisasi
Islam pertama di Nusantara. Umat Islam wajib membanggakan hal itu
dan berjuang sekuat tenaga agar seluruh bangsa Indonesia
mengetahuinya.
Adalah sangat memilukan jika umat Islam sendiri, apatah lagi tokoh-
tokohnya, mengabaikan hal itu dan meneruskan kebohongan sejarah yang
mendiskreditkan sejarah Islam Nusantara sendiri kepada generasi
penerus bangsa ini. Janganlah mewariskan sesuatu yang salah.
Katakanlah yang benar, walau kebenaran itu belum tentu manis rasanya.
sumber: www.eramuslim.com
Oleh aisyah_suci.amalia@yahoo.co.id via groups.yahoo.com/group/manduapadang
Senin, 17 Maret 2008
2008: bukan 100 tahun Kebangkitan Nasional
Label:
artikel bebas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar